Jum'at, 20 September 2024

SINTREN; Kesenian Yang Hampir Punah

SINTREN; Kesenian Yang Hampir Punah


Facebook Twitter WhatsApp Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email Print
SINTREN; Kesenian Yang Hampir Punah

Sintren, Hemm apakah kalian tahu dengan salah satu jenis kesenian tarian tradisional ini?? Tidak ada habisnya Cirebon merupakan kota yang sangat kaya akan kesenian dan budaya, salah satunya adalah Sintren. Tarian tradisional yang mulai muncul sekitar tahun 1940-an, adalah tradisi yang banyak berkembang pada pesisir utara jawa.

Salah satunya adalah Cirebon yang memiliki kesenian tarian ini. Tarian ini bersifat mistis dan magis, namun jangan dikaitkan dengan agama; merupakan warisan budaya leluhur.

Tarian menggambarkan cerita atau legenda, mencerminkan kehidupan spiritual dan mitologi, khususnya dalam sejarah Cirebon.

BANNER-728x90

Sintren sendiri merupakan gabungan dari dua suku kata yaitu “Si – yang berarti ia atau dia” dan “Tren – yang berarti putri atau perempuan”. Mempercayai bahwa untuk menjadi seorang penari, sang penari harus dalam keadaan suci dan bersih, maka dari itu biasanya beberapa hari sebelum pementasan, mewajibkan sang penari untuk berpuasa terlebih dahulu dan menjaga diri agar tidak berbuat dosa, bentuk kepercayaan agar dalam pergelaran tersebut tidak mengalami hal-hal yang tidak di inginkan dan roh tidak kesulitan masuk kedalam tubuh penari.

Ciri khas dari sintren ini adalah si penari menggunakan kacamata hitam, mengapa harus memakai kacamata hitam??karena sang penari dalam keadaan tidak sadarkan diri, agaknya untuk menutupi lirikan dan tatapan selama sipenari berada di alam bawah sadarnya, selain itu kacamata tersebut bertujuan sebagai penambah daya tarik serta sebagai sarana untuk mempercantik penampilan sipenari.

Tari sintren ini di iringi musik gamelan dan beberapa lagu khusus dalam Bahasa jawa salah satunya adalah yang berjudul “Turun Sintren”. Mengawali dengan tabuhan musik gamelan, kemudian Sintren akan masuk kedalam kurungan dan setelah waktunya tiba(ada lirik khusus sebagai penanda) penariakan keluar dari dalam kurungan dengan keadaan sudah berganti busana dan riasan yang cantik, Sintren akan menari dengan lihainya karena pada saat inilah penari sudah tidak sadarkan diri.


Dalam pergelaran Sintren, selain gamelan, wajib ada Kurungan dan uang logam untuk interaksi dengan penari. Kurungan dan Uang logam ini memilik makna tersendiri dalam pergelaran Sintren. Kurungan memaknai fase hidup manusia, dari bawah ke puncak, kembali ke tanah dalam keadaan lemah. Uang logam simbolik: jangan terlalu serakah ke duniawi, karena itu akan membuat manusia jatuh.

Dahulu, para penari biasanya menampilkan tarian sintren pada malam hari, terutama saat bulan purnama, karena tarian ini melibatkan roh halus. Namun sekarang, dapat menikmati tarian ini kapan saja dan sering menjadi daya tarik wisatawan serta memeriahkan acara.

Sayangnya, dari tahun ke tahun, tradisi ini mulai meredup, dengan banyak sanggar yang tutup dan beralih profesi. Namun, kita harus tetap menjaga dan melestarikan tradisi karena merupakan jati diri suatu daerah dan bangsa.

Bawalah Budaya dalam setiap acara-acaramu karena Budaya suatu daerah atau suatu bangsa bersemayam di dalam hati dan jiwa masyarakatnya, Kita mungkin memiliki agama yang berbeda, bahasa yang berbeda, warna kulit yang berbeda, tetapi kita semua berasal dari satu ras manusia, selaras dengan Bangsa Indonesia yang memiliki semboyan “BHINEKA TUNGGAL IKA” Berbeda-beda tetapi tetap satu jua.

Share : Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email WhatsApp Print

Artikel Terkait

Tulis Komentar