Kamis, 19 September 2024

Kilas Balik Cirebon Beserta Destinasi Wisata Sejarahnya

Kilas Balik Cirebon Beserta Destinasi Wisata Sejarahnya


Facebook Twitter WhatsApp Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email Print
Kilas Balik Cirebon Beserta Destinasi Wisata Sejarahnya

Kilas Balik Cirebon adalah sebuah kota di provinsi Jawa Barat, Indonesia, yang kaya akan sejarah dan warisan budaya. Sebagai bagian dari Pulau Jawa, Cirebon memiliki peran penting dalam perkembangan sejarah dan perdagangan di wilayah tersebut. Pada abad ke-15 dan 16, dan merupakan pangkalan penting dalam jalur perdagangan dan pelayaran antar pulau. Lokasinya di pantai utara pulau Jawa.

Pada era kolonial, Cirebon juga memiliki peran signifikan dalam perdagangan dan hubungan diplomatik dengan Belanda. Pusat kota Cirebon, yang dikenal sebagai Kota Cirebon, memiliki banyak bangunan bersejarah, seperti Keraton Kasepuhan dan Keraton Kanoman, yang merupakan istana kerajaan yang masih berdiri hingga hari ini.Dengan melihat sejarahnya yang kaya, Cirebon tetap menjadi destinasi menarik bagi para pengunjung yang ingin menjelajahi warisan budaya dan sejarah Jawa Barat.

Menurut Sulendraningrat yang mendasarkan pada naskah Babad Tanah Sunda dan Atja pada naskah Carita Purwaka Caruban Nagari, Cirebon pada awalnya adalah sebuah dukuh kecil yang dibangun oleh Ki Gedeng Tapa, yang lama-kelamaan berkembang menjadi sebuah desa yang ramai dan diberi nama Caruban (Bahasa Jawa: campuran), karena di sana bercampur para pendatang dari berbagai macam suku bangsa, agama, bahasa, adat istiadat, dan mata pencaharian yang berbeda-beda dan datang untuk bertempat tinggal atau berdagang.

Pada abad ke-14, seorang pangeran Galuh bernama Bratalegawa memeluk Islam dan memutuskan pindah ke Caruban Girang serta bermukim dengan tujuan untuk menyebarkan Islam kepada penduduk sekitar, menjadikan Cirebon sebagai cikal bakal pusat penyebaran agama Islam di Jawa Barat.

BANNER-728x90

Mengingat pada awalnya sebagian besar mata pencaharian masyarakat adalah sebagai nelayan, maka berkembanglah pekerjaan menangkap ikan dan rebon (udang kecil) di sepanjang pantai serta pembuatan terasi, petis, dan garam. Dari istilah air bekas pembuatan terasi (belendrang) dari udang rebon inilah berkembanglah sebutan cai-rebon (Bahasa Sunda: air rebon) yang kemudian menjadi Cirebon.

Dengan dukungan pelabuhan yang ramai dan sumber daya alam dari pedalaman, Cirebon kemudian menjadi sebuah kota besar dan menjadi salah satu pelabuhan penting di pesisir utara Jawa baik dalam kegiatan pelayaran dan perdagangan di kepulauan Nusantara maupun dengan bagian dunia lainnya.

Pada tahun 1478 mengadakan sebuah musyawarah para wali pada daerah Tuban, Jawa Timur untuk mencari pengganti Sunan Ampel sebagai pimpinan para wali, akhirnya terpilihlah Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati), sejak saat itu, pusat kegiatan para wali memindahkannya ke gunung Sembung, kecamatan Gunung Jati, kabupaten Cirebon, propinsi Jawa Barat. Pusat kegiatan keagamaan ini kemudian tersebut sebagai Puser Bumi (bahasa Indonesia: pusatnya dunia).

Pada tahun 1479 M, kedudukan pangeran Walangsungsang sebagai penguasa Cirebon kemudian menggantikan putra adiknya yakni Syarif Hidayatullah (anak dari pernikahan Nyai Rarasantang dengan Syarif Abdullah dari Mesir) yang sebelumnya menikahi Nyimas Pakungwati (putri dari Pangeran Walangsungsang dan Nyai Indang Geulis) yang setelah wafat terkenal dengan sebutan Sunan Gunung Jati dengan gelar Syarif Hidayatullah bin Maulana Sultan Muhammad Syarif Abdullah dan bergelar pula sebagai Ingkang Sinuhun Kangjeng Susuhunan Jati Purba Panetep Panatagama Awlya Allah Kutubid Jaman Khalifatur Rasulullah.

Syarif Hidayatullah melalui lembaga Wali Sanga selalu mendekati kakeknya yakni Jaya Dewata (prabu Silih Wangi) agar berkenan memeluk agama Islam seperti halnya neneknya Nyai Subang Larang yang memang sudah lama menjadi seorang muslim jauh sebelum menikah dengan prabu Silih Wangi, tetapi hal tersebut tidak membuahkan hasil, pada tahun 1482 (pada saat kekuasaan kerajaan Galuh dan Sunda sudah menjadi satu kembali pada tangan prabu Silih Wangi), seperti yang tertuang dalam naskah Purwaka Caruban Nagari karya Pangeran Arya Carbon.Pada tanggal 12 Shafar 887 Hijriah atau tepatnya pada tanggal 2 April 1482 Masehi, akhirnya Syarif Hidayatullah membuat maklumat yang menunjukkan kepada prabu Silih Wangi selaku Raja Pakuan Pajajaran bahwa mulai saat itu Cirebon tidak akan lagi mengirimkan upeti. Kemudian oleh para pembesar di wilayah Cirebon sangat mengikuti Maklumat tersebut

Susunan Raja-Raja Cirebon dari awal hingga saat ini :
Sejarah Kerajaan Cirebon melibatkan berbagai dinasti dan raja yang memimpin. Berikut ini adalah beberapa raja yang memerintah dalam sejarah Kerajaan Cirebon:

Ki Gedeng Tapa (Abad ke-15):
Dikatakan sebagai pendiri Kerajaan Cirebon.

Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah) (Abad ke-16):
Penguasa awal yang memperluas pengaruh Islam di wilayah Cirebon. Mendirikan Keraton Kasepuhan.

Panembahan Cirebon I (Pangeran Wira Kusuma) (Abad ke-16):
Putra Sunan Gunung Jati yang menjadi penguasa pertama Kerajaan Cirebon. Mendirikan Keraton Kanoman.

Panembahan Cirebon II (Pangeran Pasarean) (Abad ke-17):
Meneruskan kepemimpinan dari ayahnya, Pangeran Wira Kusuma. Berkontribusi pada perkembangan seni dan budaya Cirebon.

Panembahan Cirebon III (Pangeran Tirtayasa) (Abad ke-18):
Menguatkan posisi Cirebon sebagai pusat perdagangan, berkontribusi pada perkembangan seni dan kebudayaan.

Sultan Sepuh I (PRA Muhammad Arif) (Awal abad ke-19):
Menjadi sultan pertama setelah gelar kerajaan terubah menjadi “Sultan Sepuh.”

Sultan Sepuh XIV PRA Arief Natadiningrat (Awal abad ke-19):
Pemimpin yang terkenal karena mendukung seni dan kebudayaan, Mendorong perkembangan tari topeng dan wayang kulit.

Sultan Sepuh XVII PRA Abdul Gani Natadiningrat (1966-2010):
Memerintah selama periode yang panjang dan mengalami perubahan sosial dan politik di Indonesia.

Sultan Sepuh XVIII PRA Sepuh XIV Abdul Ghani Natadiningrat (2010-2020):
Meneruskan tradisi keluarga kerajaan dan memainkan peran sebagai pemimpin keraton pada era kontemporer.

Sultan Sepuh XV Kesultanan Kasepuhan Cirebon Luqman Zulkaedin (2020 – sekarang)
Sebagai Sultan Sepuh XV Kesultanan Kasepuhan Cirebon pada 30 Agustus 2020. Nyaris setahun kemudian, Rahardjo Djali menggelar pelantikan pada 18 Agustus 2021 sebagai Sultan Sepuh Aloeda II. Satu Tahta Dua Raja semoga tidak ada lagi kekisruhan yang memperebutkan Tahta seorang Raja.

Budaya dan sejarahnya yang mempesona, Cirebon juga menawarkan sejumlah destinasi wisata yang menarik dengan kombinasi keindahan alam, warisan budaya, dan sejarah yang kaya. Berikut adalah beberapa destinasi wisata yang dapat Anda jelajahi di Cirebon beserta sejarahnya:

Keraton Kasepuhan:
Sejarah: Keraton Kasepuhan adalah salah satu istana kerajaan tertua di Jawa Barat, pendiriannya pada abad ke-16 oleh Sultan Sepuh I. Bangunan ini mencerminkan arsitektur Jawa klasik dan memiliki koleksi seni dan artefak bersejarah.

Keraton Kanoman:
Sejarah: Sama seperti Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman juga merupakan istana kerajaan bersejarah yang ada pada abad ke-16. Terkenal karena keindahan arsitekturnya, istana ini menjadi saksi perjalanan sejarah Cirebon.

Makam Syekh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati Cirebon)
Sejarah: Terletak di Astana Gunung Jati, Cirebon, Jawa Barat, Indonesia. Astana Gunung Jati adalah kompleks makam yang melibatkan beberapa makam, termasuk makam Sunan Gunung Jati dan beberapa keturunannya. Sunan Gunung Jati terkenal sebagai salah satu dari Wali Songo, sembilan waliputra atau wali yang menyebarkan Islam dalam tanah Jawa.

Masjid Sang Cipta Rasa:
Sejarah: Masjid ini adalah salah satu masjid tertua Cirebon, pendiriannya pada abad ke-15. Dengan arsitektur yang indah, masjid ini mencerminkan pengaruh Islam dan budaya lokal dalam pembangunannya.

Museum Kereta Keraton Cirebon:
Sejarah: Museum ini berfokus pada koleksi kereta kuda keraton, yang dahulu pemakaiannya oleh para bangsawan. Pengunjung dapat melihat berbagai kereta kuda yang indah dan mendapatkan wawasan tentang kehidupan istana.

Taman Sari Gua Sunyaragi:
Sejarah: Taman ini memiliki gua-gua buatan manusia yang terbangun pada abad ke-18. Awalnya sebagai tempat meditasi, gua-gua ini kini menjadi daya tarik wisata dengan arsitektur yang unik.

Pantai Kejawanan:
Sejarah: Pantai Kejawanan menawarkan pemandangan laut yang indah dan suasana yang menyegarkan. Meskipun tidak memiliki sejarah kerajaan, pantai ini menjadi tempat rekreasi yang populer bagi penduduk lokal dan wisatawan.

Cagar Alam Gunung Ciremai:
Sejarah: Gunung Ciremai, yang merupakan gunung tertinggi di Jawa Barat, memiliki cagar alam yang mempesona. Tempat ini memiliki keanekaragaman flora dan fauna serta jejak-jejak sejarah seperti makam-makam kuno.

Di Cirebon kalian dapat menemukan banyak tempat-tempat bersejarah lainnya, dengan kata lain di kota inilah kalian dapat belajar sambil bermain, dan mengenal sejarah para pendahulu kita. Cirebon mengajak pengunjung untuk merasakan kekayaan budaya dan sejarahnya yang unik. Dari istana kerajaan hingga keindahan alam, Cirebon menawarkan pengalaman wisata yang memuaskan untuk para pecinta sejarah dan keindahan alam.

Share : Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email WhatsApp Print

Artikel Terkait

Tulis Komentar